Kamis, 03 Maret 2011

Sejarah Perkembangan TV



Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Perkembangan
TV Braun HF1 Jerman tahun 1959
Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
1876 – George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.
1884 – Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.
1888 – Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
1897 – Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dasar televisi layar tabung.
1900 – Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
1907 – Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
1927 – Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
1929 – Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.
1940 – Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1958 – Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
1964 – Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
1967 – James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968 – Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975 – Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
1979 – Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
1981 – Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
1987 – Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 – Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
dekade 2000- Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
Memang benar banyak sebagian orang mengatakan kalau gambar yang dihasilkan TV LCD dan Plasma memiliki resolusi yang lebih tinggi. Tetapi kekurangannya adalah masa atau umur TV tersebut tidak dapat berumur panjang jika kita memakainya terus-menerus jika kalau dibandingkan dengan TV CRT atau yang dikenal sebagai tivi biasa yang digunakan orang pada umumnya.

Televisi Digital


Bandung menjadi kota kedua yang dapat giliran untuk pelaksanaan uji coba siaran TV digital, setelah DKI Jakarta sudah lebih dulu mendapat kehormatan untuk uji coba selama setahun lebih. Adalah hal yang wajar kalau kota Bandung terpilih menjadi kota berikutnya, mengingat Bandung merupakan kota besar yang dekat dengan Jakarta dan punya populasi penduduk yang padat. Bagi anda warga Bandung, siap-siap membeli STB (untuk televisi) atau USB DVB-T tuner (untuk komputer) bila ingin menyaksikan siaran TV digital di kota anda. Sebelum menulis tentang uji coba di Bandung, sedikit saya akan segarkan kembali ingatan anda mengenai siaran TV digital. Apa yang akan kita bahas disini adalah siaran TV terrestrial free-to-air berformat DVB yang dipancarkan pada kanal UHF. Satu kanal UHF bila memakai modulasi digital (kompresi MPEG2) memungkinkan diisi oleh banyak konten (hingga delapan konten per kanal) sehingga lebih efisien. Untuk bisa menerima siaran TV digital, sementara ini kita masih perlu peranti Set Top Box (STB) untuk men-decode atau merubah modulasi digital menjadi audio video analog yang bisa dihubungkan ke pesawat TV layaknya kita menghubungkan DVD player atau Playstation. Untuk antena sebaiknya memakai antena luar untuk sensitivitas yang lebih baik, meski jenis antenaya bebas yang penting antena UHF. Tidak ada lagi gambar berbintik, noise atau berbayang saat menonton TV digital. Hanya ada gambar bening bila sinyalnya bagus, dan blank (freeze) bila sinyal lemah.
Persiapan TV digital di Bandung agak berbeda dengan apa yang sudah dilakukan di Jakarta. Kali ini di Bandung, tidak lagi dikenal istilah konsorsium seperti dahulu. TVRI telah ditunjuk pemerintah sebagai pihak pengelola siaran yang mengurus mulai dari proses multipleksing hingga pemancaran ke daerah Bandung dan sekitarnya. Siaran TV digital di Bandung melibatkan beberapa TV swasta yang bergabung dengan TVRI hingga total ada tujuh konten dalam satu kanal. Pemancar yang digunakan cukup besar yaitu 5 kW untuk menjangkau daerah Bandung dan sekitarnya, dengan kanal 35 UHF.
Uji coba di kanal 35 UHF saat ini berisi 7 (tujuh) konten yaitu :
  1. TVRI nasional
  2. SCTV
  3. MNC group (RCTI/Global/TPI)
  4. Indosiar
  5. Trans Corp (Trans TV/Trans7)
  6. TVRI Jabar/TV edukasi
  7. Metro TV
Peresmian uji coba siaran TV digital di Bandung rencananya dilakukan malam ini di Sasana Budaya Ganesha, Bandung oleh Menkominfo (dan juga akan ditayangkan secara live oleh TVRI). Tagline yang digaungkan untuk acara ini adalah : “Bandung Goes Digital Euy..” Proses uji coba dilakukan selama satu tahun dan dalam kurun waktu tersebut akan dievaluasi mulai dari kualitas siaran, jangkauan siaran, respon masyarakat hingga kemungkinan kendala yang ada di lapangan. Diharapkan Bandung akan siap untuk migrasi penuh ke siaran digital saat analog-cut-off nanti pada tahun 2017.
Bila anda warga Bandung yang ingin berdiskusi seputar uji coba ini, ataupun anda ingin melaporkan hasil penerimaan siaran digital di wilayah anda, sampaikan lewat kolom komentar disini. Akan lebih baik bila dirinci lokasi anda tinggal, merk STB yang dipakai dan jenis antena UHF yang anda pasang.